Penulis: Ruy Pamadiken
Editor: Indro Suprobo
Terbit: Mei 2020
Ukuran: 14 x 20 cm, xviii + 122 hlm
Inner Journey, Selangkah Lebih Dalam, adalah buku kedua yang ditulis oleh mas Ruy Pamadiken. Kali ini, beberapa artikel di bagian awal buku ini, ditulis bersama dengan ibu Rerie Lestari Moerdijat. Tampaknya, kedua penulis ini memiliki kemiripan baik dalam gaya penulisan maupun tingkat kedalaman pemaknaan. Keduanya melandaskan diri pada pengalaman nyata.
Setelah membaca dan mencermati kisah-kisah yang tertuang di dalam buku ini, ada satu hal yang saya pelajari sebagai pembelajaran penting, yakni keberanian menghadapi diri sendiri di dalam keheningan. Kehidupan modern yang menyediakan semakin banyak kemudahan, yang memperpendek jarak karena perkembangan transportasi dan media komunikasi, sekaligus memperluas pilihan-pilihan, pada gilirannya juga menciptakan ketakutan-ketakutan dan kecemasan. Salah satu ketakutan dan kecemasan yang paling menggentarkan untuk manusia modern adalah ketakutan untuk menghadapi diri sendiri dalam keheningan.
Ada banyak orang, meskipun tidak semua, yang merasa takut ketika menghadapi situasi tak ada pembicaraan, tak ada postingan di wa grup, ketika tak mengaktifkan televisi, ketika tak ada musik yang diputar, ketika tak ada berita yang dibaca, didengarkan atau ditonton, ketika tidak melakukan aktivitas apapun kecuali menghadapi dirinya sendiri. Keheningan yang menjadi kesempatan paling baik untuk bertemu dengan diri sendiri, untuk masuk dalam kesadaran penuh tentang diri, seringkali justru menjadi hal yang menakutkan dan menimbulkan kecemasan. Ketika menghadapi keheningan dan diri sendiri, sebagian besar orang, cenderung ingin segera melakukan kesibukan tertentu.
Mengapa demikian? Karena orang tak terbiasa dan tidak terlatih untuk menghadapinya. Menghadapi diri sendiri dalam keheningan, memasuki kesadaran penuh tentang dirinya, atau dalam judul buku ini dirumuskan dengan melangkah lebih dalam, merupakan pengalaman produktif yang membutuhkan latihan terus-menerus sehingga orang merasa terbiasa dan dapat menikmatinya. Pengalaman masuk ke kedalaman keheningan perlu dilatihkan karena di dalamnya orang akan menghadapi banyak hal yang seringkali tak diinginkannya, yakni realitas diri yang tak ideal, menghadapi gerakan-gerakan ketidaksadaran yang selama ini menuntun dan memotivasi sebagian besar pilihan-pilihan cara berpikir, bersikap dan bertindak. Oleh karena itu, menghadapi diri sendiri dalam keheningan membutuhkan keberanian.
Buku ini mengajak para pembaca untuk belajar melepaskan ketakutan dan kecemasan, lalu menyalakan keberanian untuk bertemu dengan diri sendiri dalam keheningan yang produktif. Hasilnya, akan ada banyak sekali kebaharuan, keindahan, pertumbuhan, kedamaian, keharuan, ketulusan, ketakjuban, tamparan, penyadaran, perubahan, dan transformasi yang ditemukan sebagai buah pembelajaran. Yang paling dahsyat, jika sekali saja seseorang telah berani memasuki kedalaman diri dengan seluruh tantangannya, ia akan semakin berani di hari-hari kemudian. Dengan modal itu, ia akan semakin berani menghadapi peristiwa-peristiwa di dalam hidupnya dan membacanya secara lebih jeli dan cermat sehingga menjadi peristiwa yang bermakna meskipun sangat sederhana. Siapapun yang takut menghadapi diri sendiri dan keheningan, pada umumnya cenderung memilih lari ketika menghadapi kenyataan. Buku ini mengajak pembaca untuk berani menghadapi keduanya.
Indro Suprobo - Editor