Rabu, 23 Oktober 2019

Pro Eksistensi dan Konsistensi



Judul: Pro Eksistensi dan Konsistensi
Penulis: Indro Suprobo
Terbit: Oktober 2019
Ukuran: 14 x 20 cm, xvi + 362 hlm

Buku Pro-Eksistensi dan Konsistensi yang berada di tangan pembaca ini merupakan catatan-catatan reflektif atas sikap dan keberpihakan penulis terhadap nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu terutama terkait penghormatan terhadap martabat kemanusiaan, empati dan dukungan terhadap mereka yang terpaksa mengalami kemalangan, penderitaan dan pengasing-an, ketulusan dalam membangun persahabatan dan persaudaraan dalam begitu banyak perbedaan yang nyata, keterbukaan dan kerendahan hati untuk menye-lami spiritualitas dan religiositas agama-agama serta kepercayaan, dan sikap kritis terhadap semua hal yang bersifat korup dan manipulatif.

Semoga catatan reflektif ini sungguh mencerminkan pilihan keberpihakan dan loyalitas kepada nilai-nilai fun-damental kehidupan yang dapat membantu setiap orang untuk bertumbuh dan berkembang sebagai manusia yang bermartabat dan berharga di hadapan Tuhan, apapun per-bedaan dan keunikan yang dimilikinya. Dengan demikian Pro-eksistensi dan konsistensi adalah prinsip yang berpihak terutama kepada nilai fundamental kehidupan, bukan kepada orang, kelompok, atau golongan apapun.

Jumat, 18 Oktober 2019

Inner Journey



Penulis: Ruy Pamadiken
Editor: Indro Suprobo
Terbit: Oktober 2019
Ukuran: 14 x 20, xiv + 78 hlm

Raphael Udik Yunianto atau RUY Pamadiken, adalah seorang juru kamera kehidupan, yang sanggup memotret pengalaman dan peristiwa, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Oleh karena itu, buku yang disusunnya ini boleh disebut sebagai album kenangan, hasil bidikan kameranya.

Keahlian seorang juru kamera yang seringkali tidak dimiliki oleh orang lain adalah kepekaannya untuk melihat nilai yang tersembunyi dalam satu peristiwa. Orang lain barangkali tidak peduli kepada peristiwa itu dan tak melihat potensi tentang keindahan dan makna di dalamnya. Bagi seorang juru kamera, setiap peristiwa selalu merupakan undangan untuk ditangkap, dilihat lebih mendalam, dan didengarkan dalam kebeningan. Ketika "saat" atau momentum yang ditangkapnya itu dibagikan kepada orang lain, ia telah menjadi percikan peristiwa yang bermakna, dan bersuara, sehingga orang lain ikut menangkap dan mendengarkan isi terdalamnya. Bidikan kamera itu lalu menghantar orang lain menuju pengertian lebih mendalam, ketertarikan, perasaan yang menggetarkan, tremendum et fascinosum, kebahagiaan yang lembut, keharuan yang menyusup dalam diam, pengampunan, belas kasih, bahkan menggerakkan orang untuk melakukan tindakan berkualitas dan menghidupkan, moving and motivating.

Hasil bidikan sang juru kamera, pada gilirannya juga mempunyai fungsi sebagai undangan bagi setiap orang untuk berhenti sejenak, memandang, mencermati, memperhatikan, mendalami, mengenali secara lebih baik, merenung, mengunyah, dan menemukan nilai yang tak sempat ditemukannya pada saat peristiwa itu benar-benar berlangsung. Hasil bidikan sang juru kamera, juga merupakan undangan untuk mengambil jarak, membangun distansiasi, mengajak orang untuk melakukan detachment, melepaskan rasa lekat diri yang tak teratur terhadap segala sesuatu, dan menempatkan peristiwa-peristiwa itu di dalam kerangka yang lebih besar, saling terkait, saling terjaring, sehingga tersusunlah sebuah pemahaman yang integral.

RUY PAMADIKEN, sebagai juru kamera peristiwa hidup, telah berupaya membangun galeri pengalaman dan peristiwa melalui buku ini. Buku galeri dan album pengalaman ini sebagai keseluruhan merupakan ajakan kepada setiap orang untuk terlibat secara lebih cermat di dalam pengalaman hidup masing-masing dan menikmatinya, serta merangkainya sebagai sebuah laku spiritualitas integral, yakni spiritualitas hidup yang memandang dan menempatkan pengalaman-pengalaman tidak secara terpisah-pisah atau terkotak-kotak, melainkan saling terhubung, saling memperkaya makna, dan saling mengutuhkan.

Saya percaya, buku album dan galeri pengalaman hidup ini adalah buku yang akan senantiasa nikmat untuk dibaca berulang-ulang dalam banyak kesempatan, terutama dalam keheningan dan kesunyian, karena akan selalu relevan dan menyediakan nilai yang baru serta kaya. Maka pantaslah bahwa buku ini diberi judul Inner Journey, sebuah perjalanan ke dalam menuju kedalaman, karena seluruh isi buku ini mengajak para pembaca untuk semakin berani belajar menghayati silentium, solitudo, bersunyi diri untuk "memasuki pengalaman keheningan agar semakin sanggup mendengarkan isi terdalam dari segala keramaian".

Indro Suprobo, penulis artikel dan editor buku